LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI
DI KEBUN RAYA PURWODADI
Disusun
oleh :
Kelompok : 1
1. Luluk Maftuhah (10620008)
2. Anik Bariroh (10620009)
3. Feni Dwi Khoriroh (10620021)
4. Kholifah (10620022)
5. Muslikhah (10620030)
6. Nazilatus Salafiyah (10620038)
7. Enik Winarsih (08620074)
Asisten
Pembimbing :
NIM :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan :
1. Munawwarotur
Rohmah (10620001)
2. Khoirur
Rizkiyah (10620002)
3. Luluk Maftuhah (10620008)
4. Anik Bariroh (10620009)
5. Ayu
Kusuma Dewi (10620010)
6. Lailatul
Khoiriyah (10620011)
7. Feni Dwi Khoriroh (10620021)
8. Kholifah (10620022)
9. Nurul
Mawaddah (10620023)
10. Fitra Arya Dwi N. (10620024)
11. Wilda Sofiah (10620026)
12. Muslikhah (10620030)
13. Rohmatul Ummah (10620031)
14. Ivani Adarsania (10620032)
15. Luluk Wahyuningtiyas (10620033)
16. Nazilatus Salafiyah (10620038)
17. Enik Winarsih (08620074)
telah
disahkan sebagai salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada
Jurusan Biologi Fakultas Sai Dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Malang,11 April 2012
Koordinator Kuliah Kerja Lapangan
Asisten
Pembimbing
NIM.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan
memberikan hasil klasifikasi yang berbeda – beda sehingga terbentuklah sistem
klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat peradababnnya, manusia yang
pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi tumbuhan khususnya
klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan atas
kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi
yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut Setelah lahirnya teori
evolusi muncul sistem filogenentik yang mencita-citakan tercerminnya jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan
golongan tumbuhan yang lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan
filogenetik tumbuhan.
Karena itu dengan Berbekal
pada sedikit pengetahuan akan ilmu-ilmu taksonomi maka kami sajikan beberapa
jenis tumbuhan dari berbagai macam suku hasil dari penelitian berbagai macam
tumbuhan di kebun raya purwodadi malang. ucapan terima kasih juga tak lupa kami
sampaikan kepada bapak/ibu dosen, teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesainya laporan ini dengan baik.
Penyusun sadar bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna,
namun penyusun tetap berharap agar nantinya laporan KKL purwadadi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan terlebih bagi teman-teman lainya. Maka
dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar lebih baik lagi pada
laporan-laporan selanjutnya.
Malang, 13 april 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................. 1
C. Manfaat................................................................................................ 2
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A. Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah.......................................... 3
B. Iklim
Daerah Tropik............................................................................ 5
C. Kebun
Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah............................... 6
D. Pengelolaan
Koleksi Herbarium...................................................... 9
BAB
III. METODE PENELITIAN....................................................................... 10
A. Waktu
dan Tempat Penelitian........................................................ 10
B. Alat
dan Bahan ................................................................................ 11
C. Cara
Kerja.......................................................................................... 19
BAB
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 21
A. Koleksi
Herbarium............................................................................ 21
B. Kebun
Raya Purwodadi.................................................................. 40
C. Koleksi
Tanaman di Kebun Raya Purwodadi........................... 125
BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 148
A. Kesimpulan..................................................................................... 148
B. Saran................................................................................................ 149
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 151
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Pada
dasarnya Taksonomi tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam
kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi
tumbuhan-tumbuhan baru. Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi
dan anatomi dari tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah
proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi
anatominya.
Untuk
itu dilakukan KKL di Kebun Raya Purwodadi ini agar siswa jurusan Biologi
angkatan 2010 dapat mengerti tumbuhan apa saja yang di pelihara di Kebun Raya
Puwodadi bagaimana ciri-ciri tumbuhan tersebut apakah ada ciri khusus dari
masing-masing spesies. Dan di samping itu bisa untuk berekreasi, merefresh
pikiran dll.
1.2 Tujuan
- Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
- Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya
3. Mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui
ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembuatan,
penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya Purwodadi.
2. Mahasiswa dapat Mengetahui keanekaragaman tumbuhan
tingkat tinggi di Kebun Raya Purwodadi.
3. Mahasiswa dapat mengadakan pengamatan terhadap spesies
untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke.
Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil
yang memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan, jasad renik yang tinggi. Hal ini
terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya,
bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem
perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu,
menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula
dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya, diantaranya adalah
ekosistem hutan (Irwanto, 2007).
Indonesia terletak di daerah tropik,
sehingga hutan yang ada bertipe hutan tropik. Hutan ini sangat beranekaragam
terhadap tipe, komposisi maupun strukturnya. Ada hutan yang tumbuh dengan baik
sehingga memiliki struktur lengkap mulai dari tumbuhan tingkat bawah sampai
pohon yang tingginya mencapai 100 meter (Indriyanto, 2008).
Tantangan
sangat penting di bidang kehutanan saat ini salah satunya adalah membangun
hutan dan menghutankan kembali hutan bekas penebangan. Alasannya adalah adanya
manfaat hutan secara langsung maupun tidak langsung untuk kehidupan masyarakat
di sekitarnya (Septiyani, 2010).
Hutan
akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik, dengan melalui
pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap
kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan
(Indriyanto, 2008). Pemudaan merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik
mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap proses
perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan bergantung pada
sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-proses daur air dan hara
(Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008). Taman
Margasatwa yang terletak di Ragunan Pasar Minggu Jakarta, berdasarkan Perda
No.13 tahun 1998 memiliki tugas pokok diantaranya melakukan konservasi,
mempertahankan daerah resapan air, paru-paru kota. Sesuai dengan tugas
tersebut, dalam menambah koleksi satwa, menanam dan merawat jenis tumbuhan,
juga membangun kawasan konservasi. Atas dasar ini dapat memaksimalkan fungsi
dan peranan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dalam mendukung upaya-upaya
konservasif, riset dan edukasi, selain disiapkan untuk menjadi tempat tujuan
rekreasi atau sebuah kebun binatang yang modern. Untuk memaksimalkan fungsi dan
peran tersebut, juga menanam dan merawat jenis-jenis tumbuhan dan bahkan
membangun hutan di kawasan konservasi yang luasnya mencapai 6,410 Ha (Jakartazoo.org,
2008). Jenis-jenis pohon dapat tumbuh
disuatu tempat dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, termasuk
tumbuhan yang ada di kawasan hutan di kawasan konservasi Taman Margasatwa
Ragunan. Hal ini tergantung oleh faktor tempat tumbuh yang merupakan gabungan
dari iklim dan tanah (Kadri, 1992).
A. Komposisi dan keanekaragaman jenis
Struktur
tumbuhan adalah organisasi individu – individu di dalam ruang yang membentuk
tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis
yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Purborini, 2006). Menurut Kershaw (1973), struktur
vegetasi terdiri dari 3 penyusun, yaitu:
1.
Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang
merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tihang, sapihan, semai
dan herba penyusun vegetasi.
2.
Sebaran horizontal dari jenis-jenis penyusun komunitas yang
menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3.
Penyusun vegetasi ada 5 aras, yaitu fisiognomi vegetasi,
struktur biomassa, life form ( growth form ), struktur floristik
dan struktur tegakan ( Mueler-Dumbois & Ellenberg, 1974 ).
Kelimpahan (abundance)
setiap jenis dalam suatu komunitas. Struktur suatu vegetasi
terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang.
Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing
individu mempertahankan sifatnya (Dombois, 1974).
Struktur
suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari
gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kershaw (1973)
menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan,
yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B
dan C (lapisan pohon-pohon yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan
belukar) dan lapisan E (lantai hutan). Komposisi atau kekayaan jenis adalah
jumlah jenis pada suatu area/ komunitas. Komposisi jenis suatu komunitas sangat
penting karena komunitas sebagian besar ditentukan oleh dasar-dasar floristik
(jenis-jenis yang terdapat dalam suatu komunitas). Beberapa komunitas memiliki
fisiognomi (kenampakan luar) serupa, tetapi berbeda dalam identitas jenis dominan
atas jenis penyusun lainnya (Rusmendro, 2007).
Diversitas
atau keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota suatu komunitas
(Supriatno, 2001). Deshmukh (1992) mengartikan keanekaragaman sebagai gabungan
antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu
komunitas atau sering disebut kekayaan jenis. Menurut Resosoedarmo dkk (1984),
keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, seperti daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan
tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan
lingkungan optimum.
Suatu
daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah
tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman
jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang
tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang
tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu
komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada komunitas
tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan
variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis
dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004).
Indeks
keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan
atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan
pada suatu lokasi (Odum, 1996). Menurut Ariyati dkk (2007), nilai indeks
keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik
yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk
setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut
menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu
lingkungan.
Menurut
Odum (1993) ada dua komponen keanekaragaman jenis, yaitu kekayaan jenis dan
kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas.
Keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua.
Keanekaragaman jenis cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk.
Kesamarataan adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Pada
kenyataannya setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama.
B. Struktur Komunitas Tumbuhan
Untuk
memudahkan dalam mengenal dan mempelajari makhluk
hidup, diperlukan pengklasifikasian dengan dasar dan tujuan tertentu.
Klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung diterapkan bagi
kepentingan manusia (Syamsuri, 2000).
Komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut
bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup, habitat fisik dari komunitas, sifat atau tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme
komunitas. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan individu
masing-masing jenis
(kemerataan) tidak
berarti satu-satunya hal yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis tertentu dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung
kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya (Odum, 1993).
Komunitas adalah
kumpulan populasi yang hidup pada habitat tertentu. Menurut Odum (1973),
komunitas yang merupakan bagian hidup ekosistem dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1.
Bentuk atau sifat struktur utama, seperti jenis dominan
dan bentuk hidup (life form)
2.
Habitat komunitas
3.
Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe
metabolisme komunitas.
Tipe komunitas terjadi karena adanya
sifat yang berbeda dalam dominansi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan
tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan (Whittaker, 1975). Komunitas
hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invasi oleh tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan
penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Perubahan dalam
komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil
pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005).
Pada suatu suatu jenis ditentukan berdasarkan
besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu
jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting,
volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya
individu atau kelimpahan (Soerianegara,1996).
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran
jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai
nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai
frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu
jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per
satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis
tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan
peguasaan jenis terhadap komunitas (Soerianegara,1996).
Nilai penting didefinisikan sebagai gabungan dari
densitas/ kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif
(DR). Kondisi ini menyebabkan nilai penting suatu jenis maksimum adalah 300%
(KR=100%, FR=100%, DR=100%), bila dalam suatu tegakan hanya terdiri dari satu
jenis saja (Curtis dan Mc.Intosh, 1951). Whittaker, 1975, menyebutkan bahwa
nilai penting dapat ditentukan berdasarkan salah satu atau dua nilai, tetapi
lebih banyak nilai dijadikan dasar akan menjadi lebih baik dan mendekati
kebenaran dalam menentukan dominansi atau penguasaan jenis di dalam suatu
komunitas (Rusmendro, 2003).
Pertumbuhan
tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan
tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi,
kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik,
komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan
salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter
pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan
hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan
tinggi telah terpenuhi (Latifah,
2004).
Pertumbuhan tinggi tumbuhan dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan
pembentukan dedaunan bergantung pada kualitas tempat tumbuh. Setidaknya
terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang
sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien
mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat
genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson, 1987).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Greig, 1983).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penyusun komunitas hutan tersebut. Berdasarkan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal dan (3)
melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan
pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut
Soerianegara (1978) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak
ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak.
C. Kebun Raya Purwodadi
Kebun Raya Purwodadi merupakan lembaga
yang dan bahan bangunan mempunyai tugas
dan fungsi untuk melakukan konservasi, penelitian, dan pendidikan flora.
Adapun koleksi-koleksi yang dikelola di kebun raya
purwodadi adalah
1.
Koleksi
bambu, untuk kategory bambu ini kebun raya purwodadi mempunyai 30 jenis bambu,
yang diantaranya diambil dari pulau jawa, sulawesi, maluku, dan dari luar
negeri seperti Thailand, china, dan birma.untuk tanaman bambu ini terletak
disebelah selatan kebun raya.
2.
Koleksi Palem, untuk
kategori palem ini terletak ditengah kebun raya, palem ini merupakan salah satu
tanaman yang berumur ratusan tahun.
3.
Koleksi Paku, untuk kategori
tanaman paku ini kebun raya purwodadi mempunyai 60 jenis tanaman paku. Tanaman
paku ini terletak disebelah timur kebun raya yang lokasinya dekat dengan sungai
dan air terjun yang ada disana.
4.
koleksi Polong-polongan,
untuk kategori polong – polongan ini kebun raya purwodadi mempunyai 157 jenis
tanaman polong – polongan, yang terdiri dari 70 marga. Untuk kategori ini
berada disebelah utara kebun raya.
5. Koleksi
Obat, untuk kategori ini berada di sebelah timur kebun raya,. Untuk tanaman
obat ini saya belum mengetahui jelas detailnya, yang pasti saya melihat banyak
buah mengkudu/pace disana.
Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jln. Raya Surabaya - Malang KM. 65
Tlp. (0341) - 426046 /
424076
(0343) - 615033
Fak. (0341) - 426046 ,(0343)
– 615033
Setelah mencermati
pengarahan dan penjelasan dari pemandu kebun raya tersebut yaitu Bapak kiswoyo,
beliau menerangkan tentang berbagai banyak family kemudian ke spesiesnya.
Adapun famili-famili tersebut slah satunya adalah:
1.
Fabaceae adalah nama botani
untuk sebuah famili tumbuhan yang besar, yang terdiri dari tiga subfamili,
yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Faboideae (padanannya dalam Leguminosae
ialah Papilionoideae). Subfamili Mimosoideae dan Caesalpinioideae terkadang
dinaikkan ke peringkat famili Mimosaceae dan Caesalpiniaceae, sehingga
mempunyai dua nama botani yaitu Fabaceae atau Papilionac eae.
Leguminosae (atau Fabaceae sensu lato) ialah famili tanaman
berbunga yang kedua besar, dengan 650 genus dan melebihi 18.000 spesies.
Spesies-spesies ini merupakan kacang-kacangan dan famili ini terdiri daripada
beberapa sumber makanan yang paling bernilai, seperti kacang, kacang pea,
kacang tanah, kacang soya, dan lentil. Spesies yang lain merupakan sumber
makanan hewan, dan termasuk lupin, klover, alfalfa, cassia, dan kacang soya.
Genus seperti Laburnum, Robinia, Gleditsia,
Acacia, Mimosa, dan Delonix
merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan
atau insektisida, umpamanya Derris, ataupun menghasilkan bahan-bahan yang
penting seperti gam arab, tanin, pewarna, atau damar. Terdapat juga tanaman
khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bahagian tenggara
Amerika Serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman spesies
ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh di
mana-mana.
Secara umum, tumbuhan-tumbuhan legum ini dikelaskan kepada tiga
subfamili (terkadang dinaikkan ke peringkat famili dalam order Fabales),
berdasarkan morfologi bunga, khususnya bentuk kelopaknya:
a)
Caesalpinioideae
(Caesalpiniaceae): Bunganya bersifat zigomorph, tetapi amat berbeda, seperti
bunga Cercis kelihatan amat serupa dengan bunga Faboideae, dan bunga Bauhinia
mempunyai lima kelopak yang sama besar dan bersimetri.
b)
Mimosoideae (Mimosaceae):
Kelopaknya kecil dan sering berbentuk globos atau spikat, dengan stamen yang
merupakan bahagian bunga yang paling menonjol.
c)
Faboideae atau
Papilionoideae (Fabaceae sensu strictu atau Papilionaceae): Salah satu daripada
lima kelopaknya adalah besar serta mempunyai garis. Dua kelopak yang
bersebelahannya terletak di tepi bunga, sedangkan dua kelopak yang tinggal
terletak di bahagian bawah bunga dan digabungkan pada pangkalnya untuk
membentuk struktur.
2. Herba
atau perdu, jarang pohon. Daun tersebar atau berpasangan (tetapi tidak
berhadapan), tunggal atau menyirip. Bunga beraturan, kadang-kadang zygomorph,
berkelamin 2, kadang-kadang berkelamin 1, kebanyakan berbilangan 5, dengan
kelopak dan mahkota yang berdaun lekat; mahkota berbentuk corong bentuk
terompet, bentuk piring atau bentuk roda; benang sari 5, jarang 4; kepala sari
sering menggantung atau saling menutup, beruang 2; bakal buah menumpang,
kebanyakan beruang 2; bakal biji banyak tiap ruangnya; tangkai putik 1, bentuk
benang. Buah buni atau buah kotak (Steenis,1978).
Genus: Brugmansia, Brunfelsia, Capsicum,
Cestrum, Solandra, Solanum.
Genus: Solandra
Spesies: Solandra hitida
Sifat Fisik
Tanaman ini disebut
juga cangkir mas, memiliki bunga yang muncul di ujung
tangkai menjulur, agak besar menyerupai piala. Mahkota bunganya
pendek
berkerut,
berwarna kuning lembut dengan garis coklat di bagian dalam.
Daunnya besar-besar berukuran 10-15 cm, tebal, berbentuk
lonjong, dan berwarna hijau. Dahan tanaman ini mengandung zat kayu yang keras
(Emir dkk, 2006).
Sifat Ekologis
Tumbuh baik di tempat terbuka atau sedikit terlindung
sinar matahari dengan penyiraman
secukupnya. Perbanyakan dengan cangkok atau stek batang. Kegunaan dalam Lanskap
Tanaman ini digunakan sebagai penghias pergola dan pagar.
3. Annonaceae
Annonaceae, juga disebut
suku sirkaya-sirkayaan adalah suku dari tanaman berbunga yang terdiri dari
pohon-pohon, semak atau jarang lianas. Dengan kira-kira 2300-2500 spesies dan
lebih dari 130 genera, Annonaceae adalah famili terbesar di ordo Magnoliales.
Hanya empat genera, Annona, Rollinia, Uvaria dan Asimina menghasilkan
buah-buahan yang dapat dimakan. Suku ini terkonsentrasi di daerah tropis,
sekitar 900 spesies Neotropical, 450 adalah Afrotropical, dan spesies lain
Indomalayan.
DESKRIPSI
UMUM
Habitus : Kebanyakan berupa
pohon atau semak, beberapa liana dengan kulit batang, daun, dan bunga aromatic.
Hidup di daerah tropis.
Batang dan Daun : Kulit
batang berserat dan aromatik, empulur terpisah (baik secara tangensial maupun
partisi). Percabangan simpodial dapat juga dikotom. Daun tunggal atau majemul,
tulang daun menyirip.Duduk daun tersebar atau berseling, tanpa daun penumpu..
Bunga : Tangkai bunga
aksilaris ,meninggalkan bekas pada batang yang tua atau pada tunas-tunas daun
yang baru. Bunga biasanya trimerous; ditanggung sendiri-sendiri atau dalam
senyawa inflorescences; biseksual dan jarang berkelamin tunggal. Reseptakel
mungkin menjadi membesar, peningkatan atau flat. Biasanya dua gigih untuk empat
daun yang berbeda atau bawaan (menyatu) di pangkalan. Bunga banci, jarang
berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya berbilangan 3, seringkali mempunyai 2
lingkaran daun-daun mahkota. Benangsari banyak, bakal buah 1 sampai banyak,
bebas satu sama lain, masing-masing berisi banyak atau 1 bakal biji saja,
letaknya pada kampuh perut atau basal, tiap bakal biji mempunyai 2 integumen
Bermacam-macam bungaAnnonaceae
Buah dan Biji : Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah buni ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.
Buah dan Biji : Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah buni ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
KKL
tersebut dilakukan di jalan Raya Malang Surabaya di kebun Raya Purwodadi mulai
dari pukul 07.00-15.00.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Codiaeum variegatum (Puring)
1. KLASIFIKASI
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi
Angiospermae
Kelas
Dicotyledoneae
Ordo
Euphorbiales
Famili
Euphorbiaceae
Genus Codiaeum
Spesies Codiaeum variegatum
2. HABITUS
Habitus dari tumbuhan Puring
(Codium variegatum) adalah perdu.
3. HABITAT
Tanaman
ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga
saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini , menurut
beberapa sumber pustaka puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali
ditemukan di kepualauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman palgar atau
pekuburan.
Tanaman
Puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi,
dengan ketinggian mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan
cerah yakni dengan intensitas cahay yang penuh dan temperature udarah sekitar
20-35 derajat celcius. puring tidak membutuhkan bannyhak air sehingga puring
dapat tumbuh didaerah kering, yakni kelembapan udara sekitar 30%-60%.
Tanama
puring sering dijuluki tanaman kuburan, karena dapat tumbuh diberbagi jenis
tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai dari jenis
tanah yang berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang
dibudidayakan Puring dapat ditanam di Pot atgau di kebun terbuka. untk
mendapatkan tanaman yhang baik, dibutuhkan jenis tanah yang banyak mengandung
zat organik, subur dan gembur. sertag tanha berkisar 5-8.
4. DESKRIPSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar