Minggu, 24 Juni 2012

alat-alat laboratorium


1)    AUTOKLAF (AUTOCLAVE)
A.    Pengertian
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
B.     Bagian-bagian

http://htmlimg4.scribdassets.com/hv7fk524hgkhww0/images/26-12f70a3a39/000.jpg
Diagram autoklaf vertical
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombolon-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. batas penambahan air
C.    Cara penggunaan
ü  Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat
ü  Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.
ü  Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
ü  Nyalakan autoklaf, diaturtim er dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
ü  Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
ü  Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

2)    OVEN ( HOT AIR METHOD)
v pengertian
Alat ini digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi misalnya cawan petri, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, dan lain- lain. Alat ini umumnya dilengkapi termometer. Prinsip kerjanya yaitu alat- alat yang ingin disterilkan dibungkus dalam kertas kemudian dimasukkan dalam oven lalu ditutup. Setelah itu mengaktifkan tombol power dan mengatur suhu yang diinginkan. Temperatur yang digunakan untuk alat ini umumnya 1800 C selama 2 jam (Ali dan Hala, 2008).
v Cara kerja
·         Digunakan untuk peralatan gelas : cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer.
·         Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingg` tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
·         Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
·         Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

3)    PH-METER
Instrument PH-Meter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan PH atau tingkat keasaman/kebasaan suatu larutan. Tingkat keasaman/kebasaan suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan sejumlah ion hydrogen dan hidroksida dalam suatu larutan.
Keuntungan penggunaan PH-Meter dalam menentukan tingkat keasaman suatu senyawa adalah:
·         Pemakaianya bisa berulang-ulang
·         Nilai PH terukur relative akurat
Instrument yang digunakan dalam  PH-Meter  dapat bersifat analog maupun digital. Sebagaimana alat yang lain, untuk mendapatkan pengukuran yang baik, maka diperlukan perawatan dan kalibrasi PH meter. Pada penggunanaan PH-Meter, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama PH-Meter adalah pengukuran arus listrik yang tercatat pada sensor PH akibat suasana ionok dalam larutan. Stabilitas sensor harus selalu dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibrasi terhadap PHmeter dilakukan dengan: larutan buffer standar: PH=4,01:7,00:10,01
Penetuan kalibrasi dapat dilakukan dengan:
a)      Teknik satu titik
Pada sekitar PH yang diukur yakni kalibrasi dengan buffer standar PH=4,01 untuk system asam, buffer standar PH=7,00 untuk system netral. Dan buffer standar PH=10,01 untuk system basa.
b)      Teknik dua titik
Apabila system bersifat asam, maka digunakan dua buffer standar  berupa PH=4,01 dan 7,00. Dan apabila system bersifat basa digunakan dua buffer standar berupa PH=7,00 dan 10,01
c)      Tenik multi titik
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar , untuk system dengan  PH < 2,00 atau > 12,00. Sering terjadi ketidaknormalan elektroda. Kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan. Untuk keperluan  yang dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses  kalibrasi secara periodic selang 1,5-2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat PHmeter yang digunakan sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus untuk mepenentuan kalibrasi ini dapat menggunakan buffer dengan PH yang ada dipasaran. Skala yang bisa digunakan adalah:
PH=4,01 Merah; PH=7,00 Hijau; PH=10,01 Biru
Selain itu untuk menjaga keawetan sensor maka perlakuan sensor apabila tidak dipakai harus direndam atau tercelup dalam aquades. Proses kalibrasi dan perlakuan Phmeter seperti yang diterangkan diatas akan dapat memberikan hasil pngukuran pH yang akurat dan presisi.
Secara umum factor yang menjadi sumber  kesalahan dalam pengukuran sehingga menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
Ø  Perbedaan pada obyek yang diukur
Hal ini dapat diatasi dengan:
*      Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh ukuran kualitas yang homogen
*      Menggunakan teknik sampling yang benar
Ø  Perbedaan situasi pada saat pengukuran
Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat obyak dari obyek dapat diprediksikan.
Ø  Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan
Cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang telah terkontrol dan terkalibrasi.
Ø  Perbedaan penyelenggaraan dan/administrasi
Kendala ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahan non-teknis dengan baik sehingga keadaan peneliti selalu siap untuk melakukan kerja.
Ø  Perbedaan pembacaan hasil pengukuran
Kesalahan ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang akan digunakan terlebih dahulu.
Dari lima factor penyebab kesalahan dibidang analitik maka peralatan dan instrumentasi sangat berpengaruh. Peralatan pada dasarnya harus dikendalikan oleh pemakainya. Untuk peralatan mekanis yang baru relative semua system sudah berjalan dengan optimal. Sebaliknya untuk alat yang sudah berumur akan banyak menimbulkan ketidak optimuman karena komponen aus, korosi dan sebagainya. Demikian juga peralatan elektrik, pencatatan harus selalu dikalibrasi dan dicek ulang akurasinya. Untuk peralatan yang menggunakan sensor atau detektor maka perawatan dan kalibrasi akan berpengaruh penting.

4)      PEMBUATAN LARUTAN
a.      pengertian
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).
b.      Teknik pembuatan larutan (pelarutan)
Setiap zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pembuatan larutan harus menggunakan cara-cara tertentu. Rencana dan prosedurnya pun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat.
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutanya sering dilakukan dalam keseharian, caranya: “sejumlah zat padat dituangi sevolume pelarut” atau “sevolume pelarut dimasukkan sejumlah zat padat” biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi umum atau pereaksi khusus tidaklah sesederhana itu apalgi pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainya. Pembuatanya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, dan pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat atau salah.
Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik pelarutanya yang harus diperhatikan adalah:

Hal
Langkah
1.      Sifat analisis
Tetapkan: kualitatif atau kuantitatif (sesuaikan dengan tujuan analisis)
2.      Kuantitas larutan (volume, kosentrasi)
Tetapkan: sesuai dengan kebutuhan
3.      Kuantitas zat padatan (rumus, kelarutan, massa)
Tetapkan: rumus zat padat (Kristal) daya larut, dan massa padatan yang akan dilarutkan (dihitung)
4.      Sifat zat padat
Tetapkan: stabil, higroskopis. Atau bereasikah dengan air
5.      Alat ukur massa (neraca)
(Jika kualitatif) gunakan: neraca T/Sa, atau (jika kualitatif): neraca T dan neraca A
6.      Alat ukur volume
(jika kualitatif), gunakan gelas ukur (jika kuantitatif), gunakan labu takar
7.      Pelarutan
Teknik pelarutan
Peralatan pendukung
Siapkan: gelas kimia, batang pengaduk, botol timbang, corong, pipet tetes, botol semprot, botol kemasan pereaksi.
Pelaksanaan
(jika kualitatif): pindahkan padatan ke gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan ke gelas ukur dan tuangi akuades sampai tanda batas.
(jika kuantitatif): pindahkan dahulu seluruh padatan ke gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan seluruhnya (secara) kuantitatif ke labu takar lewat corong tambahkan akuades sedemikian, keringkan bagian atas skala, lalu terakhir secara tetes per tetes sampai tanda batas volume, tutup labunya dan homogenkan
Pengemasan
Bilasi botol pereaksi bersih/kering dengan sedikit larutan di atas, dan pindahkan seluruh larutan ke botol ini, tutup dan beri label dengan jelas

c.       Kosentrasi larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
1.      Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:  Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
2.      Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan M1 . V1 = M2 . V2
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
d.      Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 1999).








TEKNIK INSTRUMENTASI
OVEN, AUTOKLAF, PH METER DAN PEMBUATAN LARUTAN

Dosen pembimbing: Amalia fitri andriyani M.Si


Oleh:
Luluk maftuhah
10620008






JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNILOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG





Tidak ada komentar:

Posting Komentar